Pilpres 2024, diwarnai dengan aksi manuver dari masing-masing parpol. Saling berkoalisi dan saling pindah haluan koalisi, semata-mata demi ambisi masing-masing parpol untuk menang dalam pilpres ini. Semua itu demi mendulang lumbung-lumbung suara rakyat pada basis masa masing-masing parpol.
Daftar Isi:
- Pilpres 2024 Harus belajar dari masa lalu
- Jangan terpancing framing media
- Pantau semua kecurangan yang terjadi dan laporkan.
- Siapa Kemungkinan Capres yang menang?
- Kaum Oligarki selalu terlibat dalam pemilu
- Peluang Anies Baswedan
Pilpres 2024 Harus Belajar dari Masa Lalu.
Masih ingat dengan janji-janji presiden pada saat pilpres 2019, seperti misalnya akan melakukan swasembada pangan dan produksi mobil nasional yang katanya pesanan sudah lebih dari 6000 unit dan banyak lagi janjinya. Tapi kenyataannya semua tidak terbukti. Sampai saat ini anda bisa merasakan, perekonomian dan kesejahteraan rakyat Indonesia masih jauh dari harapan.
Pilpres 2024 harus bercermin dari masa lalu, pada pilpres 2024 ini, jangan sampai tergiur lagi dengan janji manis capres, pencitraan capres dan parpol. Apalagi yang mengatasnamakan wong cilik dan pro rakyat. Pada masa kampanye, semua parpol mengambil hati masyarakat dengan pencitraan dan janji. Banyak dari mereka yang sehari-hari tidak pernah ke Masjid, kini sosoknya mulai sering ke Masjid bahkan bagi-bagi uang, memberi keperluan masjid dan menjanjikan aneh-aneh. Setelah masa kampanye selesai, dia pun menghilang, janji tinggal janji.
Jangan Terpancing Framing Media
Biarkan Partai Politik melakukan manuver, saling hujat, saling sikut, saling sikat dan saling fitnah. Mereka juga akan membayar media dan Lembaga Survei untuk melakukan framing seolah-olah capres A, elektabilitasnya paling unggul dari lawannya dan lebih layak memimpin negeri ini. Sebagai rakyat kita disuguhi berita-berita pencitraan dan berita heboh kalau Ulama X telah mendukungnya.
Semua yang dilakukan Parpol adalah cuma mencari simpati rakyat saja. Padahal sebelum masa Pilpres, kita tidak tahu apa kerja mereka. Apakah sejatinya mereka dekat dengan rakyat?. Tidak, mereka berjuang untuk parpol agar menang dalam pertarungan. Yang nota bene belum tentu berjuang untuk rakyat. Mari kita lihat hasil survey atas kepercayaan masyarakat terhadap partai politik.
Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI)
58,6 % | Kinerja Parpol Buruk dan Korup |
37,3 % | Kinerja Parpol Baik |
4,1 % | Tidak Menjawab |
Indikator Politik Indonesia (IPI):
9 % | Tidak percaya sama sekali dengan Partai Politik |
47 % | Sedikit Percaya |
38 % | Percaya |
6 % | Sangat Percaya |
Rakyat harus tetap cerdas, fokus pada profil calon presidennya, siapa dia sebelum masa pemilihan presiden berlangsung, itulah dia yang sebenarnya. Bacalah biografi mereka masing-masing dan tentukan pilihan anda, karena biografi akan menjelaskan silsilah, pendidikan dan rekam jejak mereka. Klik link berikut:
Pantau semua kecurangan yang terjadi dan laporkan.
Masih jelas dalam ingatan kita, banyak sekali terjadi kecurangan yang terjadi dalam pemilihan presiden tahun 2019. Hal itu jangan sampai terjadi lagi pada pemilihan presiden tahun 2024. Anda buka youtube dan ketikan kecurangan pilpres 2019. Jelas sekali bukti-bukti kecurangan yang beredar. Sekarang kita semua harus mengawasi sejak dini perilaku kecurangan tersebut.
Berita mengejutkan berikutnya 894 petugas KPPS yang meninggal dunia dan 5.175 petugas KPPS yang mengalami sakit pada pemilu 2019. Bagaimana mungkin ini terjadi secara serentak. Siapa yang tega melakukan ini demi memanipulasi angka perolehan suara dan nafsu berkuasa. Alasannya adalah kelelahan. Waspadai kejadian ini pada pemilu 2024, jangan sampai terulang.
Siapa Kemungkinan Capres yang menang?
Menjawab ini sangat sulit , selama pilpres belum berlangsung semua jawaban hanya sebatas asumsi dan prakiraan. Saya mencoba menganalisanya melalui 2 (dua) sumber data hasil survey dari IPI dan LKPI tersebut, dan akan kita perjelas pada bagian ini.
Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI):
Jumlah | Hasil | Keterangan |
---|---|---|
58,6 % | Kinerja Parpol Buruk dan Korup | Bukan Anggota Parpol |
37,3 % | Kinerja Parpol Baik | Anggota Parpol |
4,1 % | Tidak Menjawab |
Indikator Politik Indonesia (IPI)
Jumlah | Hasil | Keterangan |
---|---|---|
9 % | Tidak percaya dengan Parpol | Bukan Anggota Parpol |
47 % | Sedikit Percaya | Bukan Anggota Parpol |
38 % | Percaya | Anggota Parpol |
6 % | Sangat Percaya | Anggota Parpol |
Dari asumsi yang saya buat pada kedua tabel, bisa diperoleh jumlah penduduk Indonesia yang menjadi anggota Parpol sebanyak (37,3)+(38+6) : 2 = 40,6%; sedangkan yang tidak menjadi anggota Parpol adalah sebanyak (58,6) + (9 + 47) : 2 = 57,3%. Jadi lebih banyak penduduk Indonesia yang tidak masuk anggota Parpol. Jika kita asumsikan seluruh parpol bergabung melawan rakyat, maka rakyat akan tetap menang.
Jumlah Penduduk Indonesia menurut Worldometer, yaitu sekitar 278.752.361 jiwa. Sehingga kita dapat menghitung Jumlah penduduk Indonesia yang menjadi Anggota Parpol adalah sebanyak 46% x 278.752.361 = 128.226.086 orang, sedangkan yang tidak menjadi anggota Partai Politik adalah sebanyak 57,3% x 278.752.361 = 158.888.845 orang. Menurut peraturan pemilihan umum, untuk memenangkan pemilihan harus memperoleh sedikitnya 51% yaitu sebanyak 51% x 278.752.361 = 142.163.704 orang pemilih yang harus didapatkan.
Kaum Oligarki selalu terlibat dalam pemilu
Jumlah masyarakat yang bukan anggota parpol sebanyak 158.888.845 orang inilah yang selalu menjadi rebutan setiap menjelang pemilu. Jika Parpol harus memobilisasi masa untuk kempentingan kampanye dan rayuan untuk memilih, dengan memberikan rata-rata Rp. 100.000/orang. Bisa dibayangkan, akan butuh dana hampir 16 Trilyun rupiah. Sehingga tidak heran jika konglomerat atau kaum oligarki selalu terlibat dalam pesta demokrasi.
Uang yang diberikan kepada para konglomerat atau kaum oligarki tentunya tidak gratis, selalu ada kompensasinya. Misalnya memberikan kemudahan dalam investasi, HGU dan Mega proyek dari pemerintah. Inilah yang membuat UMKM dan rakyat kecil semakin sulit bersaing dan harga-harga menjadi tinggi. Seperti buah Simalakama.
Peluang Anies Baswedan
Kembali ke siapa Capres yang akan menang, kita bisa melihat dari animo masyarakat saat capres berkunjung ke beberapa wilayah Indonesia. Anies Baswedan kita ketahui memiliki pendukung dari masyarakat yang sangat banyak, bisa kita lihat saat berkunjung ke Sulawesi, Makasar, Kalimantan, Sumatera, Jawa Tengah dan Jawa Timur, selalu banjir dengan lautan manusia.
Data dari KPU (Komisi Pemilihan Umum) pada Tahun 2019, pada pemilihan Calon Legislatif diperoleh data sebagai berikut:
Nama Partai | Perolehan Suara (%) | Perolehan Suara (orang) |
---|---|---|
Nasdem | 12,57% | 12.661.792 |
PKS | 8,21% | 11.493.663 |
PKB | 9.69% | 13.570.097 |
Total Suara Anies Saat ini | 37.725.552 | |
Kekurangan Suara untuk Menang | 104.438.152 |
Jumlah suara yang tersedia dari rakyat yang bukan anggota Parpol adalah sebesar 158.888.845 orang. Jika melihat animo dari kalangan masyarakat yang mendukung Anies dalam setiap kunjungannya ke daerah, harusnya untuk mendapatkan suara sebanyak itu, bukanlah hal yang sulit. Jadi bermanuvernya partai politik, belum tentu memberikan suara yang signifikan dan belum tentu mengubah animo masyarakat.
Hanya 1 (satu) putaran harusnya Anies Baswedan akan memenangkan pemilihan Presiden, melihat basis data pendukungnya pada setiap daerah. Dan sangat mungkin ini terjadi. Ini adalah asumsi dan cara menghitung saya, silahkan anda juga bisa membuat asumsi sendiri dan cara perhitungan sendiri. Jadi terjawablah sudah, mengapa Anies selalu dijadikan batu sandungan bagi petahana dalam pesta demokrasi ini.